Ekonomi Hijau
Istilah ekonomi hijau (green economy) muncul sejak tahun 1970 dan populer pada tahun 1992 saat diselenggarakan KTT Bumi Brazil. Indonesia untuk meratifikasi konvensi tersebut dilakukan melalui UU No. 6 Tahun 1994. Program ekonomi hijau bertujuan menciptakan perekonomian Indonesia yang juga menitikberatkan pada proteksi lingkungan. Paket kerja program ekonomi hijau antara lain :
- Meningkatkan kewaspadaan dan urgensi untuk beralih dari bahan bakar fosil
- Sistem dekarbonisasi energi Indonesia
- Memperkuat kebijakan mitigasi perubahan iklim dalam negeri
- Menurut PBB (United Nation Environment Programe/UNEP) ekonomi hijau adalah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Dengan menghilangkan dampak negativ pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan Sumber Daya Alam (SDA).
Perubahan Iklim Global
Sejak tahun 1850-2019 terjadi peningkatan suhu rata-rata bumi mencapai 1 derjat celcius. Walupun terlihat kecil namun dampaknya sangat besar bagi kehidupan di muka bumi. Data WMO terkait masifnya dampak perubahan iklim antara lain :
- 1600 orang meninggal akibat gelombang panas dan kebakaran hutan
- 35 juta orang meninggal akibat banjir atau cuaca ekstreem
- 821 juta jiwa kekurangan gizi
Penyebab perubahan iklim antara lain gas rumah kaca, emisi aerosol, dan perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya perubahan sitem iklim secara global. Akibat perubahan sistem iklim global mengakibatkan meningkatnya suhu air laut, mencairnya es dikutub, naiknya muka air laut, cuaca ekstreem, dan terjadinya perubahan siklus hidrologi. Dampak perubahan sistem iklim global juga menjadi penyebab masalah lingkungan.
Emisi Gas
Emisi gas makin hari makin bertambah yang disebabkan adanya kegiatan perubahan lahan hutan menjadi pertanian atau perkebunan. Indonesia sendiri terjadi perubahan jumlah pohon mencapai 36%, jika tidak ada pohon emisi akan menumpuk di udara.
Rumah Kaca
Rumah kaca merupakan rumah yang didnding dan atapnya terbuat dari kaca dengan tujuan agar panas matahari terperangkap didalam bangunan rumah kaca sehingga dimalam hari suhu ruangan tetap hangat. Biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki empat musim agar kegiatan bercocok tanam tetap berjalan.
Pada prinsipnya efek gas rumah kaca sama dengan yang terjadi pada rumah kaca, dimana panas matahri terjebak di atmosfer bumi sehingga bumi menjadi hangat. Gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahri disebut Gas Rumah Kaca diantaranya adalah karbondioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4) dan freon (SF6, HFC, PFC).
Sejak tahun 1950 emisis gas CO2 meningkat secara drastis akibat pesatnya perutumbuhan industri. Sumber Gas Rumah Kaca antara lain energi listrik, kendaraan bermotor, membakar sampah, bahkan jika ditelaah sepiring nasipun termasuk penyumbang Gas Rumah Kaca.