Heatwaves
Heatwaves atau gelombang panas dalam ilmu klimatologi didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai oleh kelembapan udara yang tinggi.
Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut.
Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.
Apa Penyebab Gelombang Panas?
Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut. (situs resmi BMKG).
Fenomena gelombang panas yang terjadi pada saat ini bukanlah hal yang baru, tetapi setiap tahunnya fenomena ini kembali menjadi lebih kuat dan mengakibatkan banyak bencana. Bumi sendiri telah menghangat sekitar 1,2℃ sejak era industri dimulai dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah di seluruh dunia melakukan pemotongan tajam terhadap emisi (Irfan, U. (2021, Juni 30). How heat waves form, and how climate change makes them worse. Retrieved from VOX: https://www.vox.com/22538401/heat-wave-record-temperature-extreme-climatechange-drought).
Pemanasan global merupakan akar permasalahan dari fenomena ini, karena pemanasan global dapat menyebabkan lebih banyak air menguap, yang menyebabkan peningkatan jumlah hujan dan salju tahunan. Memang banyak faktor yang dapat menyebabkan banjir, tetapi pemanasan atmosfer yang disebabkan oleh perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi. Perubahan iklim juga merupakan kunci dalam meningkatnya intensitas kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya, dengan kondisi yang lebih panas dan kering akan meningkatkan risiko kebakaran dan menyebabkan perilaku kebakaran yang tidak menentu. Pemanasan global juga dapat memengaruhi periode terjadinya suatu bencana, menambah bencana dan menguras sumber daya.
Perubahan iklim ini tentunya disebabkan oleh gas rumah kaca yang semakin meningkat baik itu dari sektor transportasi, industri, rumah tangga dan lainnya. Jika melihat berdasarkan jenis emisi gasnya, karbon dioksida biasanya dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil, alih fungsi lahan seperti deforestasi dan pembukaan lahan untuk pertanian, industri serta pertambangan juga dapat meningkatkan emisi karbon dioksida. Gas metana juga merupakan gas yang sangat memengaruhi peningkatan pemanasan global, gas metana ini sendiri timbul dari kegiatan pertanian, pengelolaan limbah, penggunaan energi, dan pembakaran biomassa. Selanjutnya kegiatan pertanian, seperti penggunaan pupuk, merupakan sumber utama dari emisi gas N2O, pembakaran bahan bakar fosil juga ikut berkontribusi dalam menghasilkan N2O. Terakhir adalah gas-F yang dihasilkan dari proses industri, pendinginan, dan penggunaan berbagai produk konsumen berkontribusi pada emisi gas-F, yang meliputi hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6). Meningkatnya kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca tentunya akan membuat gelombang panas menjadi lebih sering dan ekstrim setiap tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan bencana yang terjadi akibat gelombang panas seperti rencana jahat dari manusia yang sudah disusun sedemikan rupa.