- Data Skala Global
- Data Skala Synoptik
- Data Lokal
- Jika nilai SOI negatif berhubungan dengan fenomena El-Nino (<-7) makin kecil nilai negatif makin kuat (minimal 3 bulan berturut-turut)
- Jika nilai SOI positif berhubungan dengan fenomena La-Nina (>+7) makin besar nilai positif makin kuat (minimal 3 bulan berturut-turut)
- Dalam fase El-Nino terjadi peningkatan suhu yang membuat berkurangnya udara basah yang dibawa ke wilayah Indonesia. Dengan demikian, udara yang masuk ke wilayah Indonesia relatif kering dan membuat beberapa perubahan seperti curah hujan yang berkurang, tutupan awan yang berkurang, dan suhu yang semakin tinggi, Untuk fase La-Nina terjadi sebaliknya.
- Cek pada fase 4 dan 5,
Jika lintasan berada dalam lingkaran kecil ditengah, MJO didefinisikan
lemah dan jika berada di luar lingkaran, MJO dinyatakan kuat. - Kontribusi
MJO berpengaruh terhadap kecepatan terbentuknya serta intenstas dari
periode El Nino dan La Nina.
- Warna biru menunjukkan anomali OLR negatif berhubungan dengan banyaknya awan,
- Sedangankan warna kuning ke merah berhubungan dengan sedikit awan.
Jika anomali suhu muka laut positif menunjukan bahwa suhu muka laut lebih hanggat dari normalnya sehingga uap air meningkat.
B. DATA SKALA SYNOPTIK
1. Streamline (Angin 3000 feet) 00.00 UTC 12.00 UTC BMKG
melalui lautan atau benua yang menuju arah daerah prakiraan. Jika
lintasan angin melalui permukaan laut dengan anomali suhu muka laut
positif, menunjukan bahwa angin membawa cukup banyak uap air.
- Jika kecepatan <20 kt dan konvergen ada kemungkinan pertumbuhan awan.
- Jika Kecepatan >20 kt, kemungkinan adanya pertumbuhan awan sangat kecil (Kurang mendukung proses konvektiv).
- angin
850 hpa terjadi konvergensi dengan Kecepatan angin >20 kt dan
angin 200 hpa divergen dengan kecepatan angin >20 kt dan ini
mengindikasikan bahwa updraft dan downdraft sama kuatnya, - Jika
downraft lebih kuat dapat mengindikasikan terjadinya angin puting
beliung.(Angin puting beliung peluang terbesar terjadi hanya dari Cb)
- Jika Rh 850 hpa > 70% dan lapisan diatasnya Rh < 70 %, mengindikasikan pertumbuhan awan potensi hujan kemungkinan kecil.
- Jika
Rh 850 hpa hingga 500 hpa > 70% mengindikasikan bahwa uap air
cukup banyak, Kemungkinan awan Cb telah tumbuh dan berpotensi hujan
hingga intensitas lebat
C. DATA LOKAL
1. Data Observasi
Perhatikan keadaan cuaca yang sudah terjadi :
- Untuk keperluan prakiraan harian digunakan data minimal 24 jam yang lalu.
- Untuk keperluan prakiraan jangka pendek dapat digunakan data minimal 6 – 12 jam
2. Data Satelit
3. Data Aerologi (Data Meteorologi Lapisan Atas)
Data aerologi digunakan untuk menentukan :
- Nilai index stabilitas atmosfer (K-Indeks, Total-total Indeks, Lifthed Indeks dll)
- Tingkat konvektivitas
- Kandungan air di atmosfer (Rh 850 hpa hingga 500 hpa)
4. Data Klimatologi
- Untuk mengetahui musim kemarau, musim hujan, dan bulan terjadi nya hujan maksimum dan minimum
- Frekuensi fenomena meteorologi
Update Prakiraan Cuaca Indonesia
Terimakasih min ilmunya, saya orang awam jadi tahu bagaimna BMKG membuat prakiraan cuaca…ternyata ribet juga dan butuh banyak pengetahuan tentang kondisi atmosfer