Bagaimana mekanisme Monsoon Di Indonesia?

admin

Ramage (1971) dan Wheeler & Bride (2005) mengemukakan bahwa ada dua sistem monsun di Asia, yaitu monsun musim dingin Asia Timur (the East Asian Winter Monsoon) dan monsun musim panas Asia Selatan (the South Asian Summer Monsoon) disingkat Winter and Summer Monsoon, terjadi masing-masing pada bulan Januari dan Juli sesuai dengan posisi matahari terhadap bumi, khususnya untuk Belahan Bumi Utara (BBU).
Pada musim dingin, di saat matahari terletak di BBS, massa udara mengalir dari pusat tekanan tinggi ke pusat tekanan rendah, yakni dari arah utara ke selatan dan tenggara melewati Korea, Tiongkok, dan Jepang. Massa udara yang bergerak ke arah tenggara mengalami konvergensi dengan massa udara timur laut dari Samudra Pasifik di Laut Tiongkok selatan. Kemudian dua massa udara yang mengalami konvergensi bergabung menuju tenggara dan membentuk Monsun Timur Laut. Selanjutnya, angin ini berubah menjadi angin barat di Indonesia setelah melewati ekuator.
Pada musim panas pusat tekanan rendah berada di sebelah timur laut India, tetapi monsun mulai berkembang di Tiongkok Selatan kemudian ke Birma dan beberapa bulan kemudian mulai berkembang di India (Wang dkk., 2004b dan 2008a; dan Supiah, 1992). 
Sumber :Indeks Monsoon dan Aplikasinya, Eddy Hermawan LAPAN 2021

Ada dua indikasi utama yang umumnya digunakan untuk mengkaji terjadinya fenomena monsun di Indonesia, yakni anomali curah hujan dan perubahan arah angin (dikenal adanya angin baratan, Westerly dan angin timuran, Easterly). Hal yang tampak jelas terlihat adalah adanya perbedaan musim yang tegas/jelas di Indonesia, yakni musim hujan (rainy season) dan musim kemarau (dry season). 
Pada saat posisi matahari terletak di belahan bumi selatan (BBS), dimulai dari bulan Oktober hingga Maret, umumnya terjadi peningkatan intensitas curah hujan dibandingkan pada saat posisi matahari di belahan bumi utara (BBU), yaitu dimulai dari bulan April hingga September. 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) (2009) telah menetapkan atau mendefinisikan awal musim kemarau dan juga musim hujan. Awal musim hujan didefinisikan sebagai bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter serta diikuti oleh dua dasarian berikutnya, dan umumnya ditandai dengan angin baratan (Westerly).
Sementara itu, awal musim kemarau didefinisikan sebagai bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter, kemudian diikuti oleh dua dasarian berikutnya, umumnya ditandai dengan angin timuran (Easterly). 
Terkait sifat hujan, BMKG  menjelaskan sifat hujan normal (N) didefinisikan sebagai jumlah curah hujan selama satu musim berkisar antara 85%–115% rata-rata curah hujan. Sifat hujan atas normal (AN) didefinisikan sebagai jumlah curah hujan selama satu musim di atas 115% rata-rata curah hujan. Sifat hujan bawah normal (BN) bila jumlah curah hujan selama satu musim di bawah 85% rata-rata curah hujan. Rata-rata curah hujan dihitung dari data hujan minimal selama 30 tahun. Sifat hujan N dan AN berarti normal hingga atas normal. 
Jika ditinjau dari parameter angin, di kawasan Indonesia bagian barat dan timur pada umumnya dikenal angin musim barat dan angin musim timur. Angin musim barat mulai berlangsung sekitar bulan Oktober dan berakhir sekitar bulan September. Di sebagian Indonesia bagian barat, dikenal angin musim barat daya dan angin musim timur laut.
Angin musim barat daya berlangsung sekitar bulan Mei sampai akhir bulan September dan angin musim timur laut berlangsung sekitar bulan Oktober sampai bulan April. Pergantian arah angin tersebut berkaitan dengan monsun Asia. Musim angin timur laut berkaitan dengan Monsun musim dingin di Asia, sedangkan angin barat daya berkaitan dengan Monsun musim panas di Asia.
Menurut Eddy Hermawan (2021) ada kalanya kedua monsun tersebut saling memperkuat, namun kadang pula saling melemahkan seperti terjadi pada Monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia yang dimaksud adalah Western North Pasific Monsoon Index (WNPMI) dan Indian Summer Monsoon Index (ISMI), sedangkan Monsun Australia yang dimaksud yaitu Australian Monsoon Index (AUSMI). Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa Monsun Asia atau yang juga disebut angin monsun barat adalah angin yang berhembus atau bertiup dari arah barat menuju timur sejak bulan Oktober hingga april. Pada periode itu, matahari berada di belahan bumi selatan (BBS) sehingga Benua Australia lebih banyak memperoleh panas matahari daripada Benua Asia. Akibatnya, terjadi pusat tekanan rendah (depresision) di BBS, tepatnya di Benua Australia. Sebaliknya, terjadi pusat tekanan tinggi (compression) di Benua Asia. 
Keadaan ini menyebabkan angin bergerak dari pusat tekanan tinggi di Benua Asia menuju pusat tekanan rendah di Benua Australia. Selanjutnya, arus angin tersebut bergerak menuju garis khatulistiwa/ekuator. Terkait dengan itu, yang mesti dipahami bahwa bumi ini tidaklah datar (flat), namun ia berputar pada porosnya sehingga menghasilkan gaya Coriolies (Coriolies Force). Hal ini menyebabkan angin dari BBU tadi harus menentang gaya Coriolies sehingga angin yang berasal dari BBU tadi seakan berasal dari bagian barat dan dikenal sebagai angin baratan (Westerly). 
Oleh karena angin ini melewati Samudra Hindia yang cukup luas dan banyak membawa uap air, pada umumnya di kawasan Indonesia bagian barat terjadi musim hujan. Hal itu umum, terjadi selama bulan Desember–Januari–Februari (DJF). Sementara itu, Angin Monsun Australia atau lebih dikenal dengan angin monsun timur merupakan angin yang berhembus atau bertiup pada bulan April–Oktober. Angin ini bertiup di saat matahari berada di belahan bumi utara (BBU) yang menyebabkan suhu udara di Benua Australia relatif lebih dingin dan bertekanan tinggi.
Sesuai dengan sifat dari massa udara yang senantiasa bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah maka angin bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia. Karena menuju garis khatulistiwa/ekuator, angin seolah dibelokkan ke arah barat. Pada keadaan ini, sebagian besar kawasan timur Indonesia mengalami musim kering, umumnya terjadi selama bulan Juni hingga Agustus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa daerah yang membentang dari ujung selatan Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai Papua, musim Monsun Barat praktis terjadi bersamaan dengan musim hujan, sedangkan musim monsun timur praktis terjadi bersamaan dengan musim kemarau.
Monsun dicirikan dengan menggunakan nilai indeks, misalnya indeks meridional untuk mengenali komponen peredaran utaraselatan (U-S) atau peredaran Hadley (Hadley Circulation) terutama pertukaran sifat udara tropik dan subtropik, sedangkan indeks zonal untuk mengenali komponen peredaran barat-timur (B-T) atau peredaran Walker (Walkter Circulation).

Bagikan:

Tags

Leave a Comment