Hakekat Kekeringan

admin

 

Kekeringan (drought) merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan dapat berulang serta berpengaruh terhadap ketersediaan air di dalam tanah, baik yang diperlukan untuk kepentingan pertanian maupun untuk kebutuhan hidup.
Kekeringan biasanya muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menjadi bencana alam apabila menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Kekeringan di Indonesia merupakan persoalan yang memiliki dampak yang cukup signifikan utamanya dalam bidang pertanian yang tentunya merugikan petani karena hasil produksi pertanian yang rendah akan berakibat pada menurunnya kondisi pangan nasional dan menyebabkan stabilisasi perekonomian mudah goyah.
Pada saat kekeringan, sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya sawah-sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga mengalami kekeringan dan tidak dapat menghasilkan panen. Selain itu, pasokan air bersih juga berkurang.
KLASIFIKASI KEKERINGAN
Klasifikasi kekeringan yang terdiri dari kekeringan yang terjadi secara alamiah dan oleh ulah manusia (antropogenik) yaitu :
Kekeringan Alamiah, Kekeringan Alamiah dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu:
1.Kekeringan Meteorologis (meteorogical drought) berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan disarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata-rata dan lamanya periode kering. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis sebagai berikut:
  • Kering : apabila curah hujan antara 70%-80%, dari kondisi normal (curah hujan di bawah normal)
  • Sangat kering : apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal (curah hujan jauh di bawah normal).
  • Amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh di bawah normal)
Secara lebih spesifik kekeringan meteorologist didifinisikan oleh Palmer (1965) sebagai suatu interval waktu yang mana suplai air hujan actual pada suatu lokasi turun lebih pendek dibandingkan suplai air klimatologis yang sesungguhnya sesuai estimasi normal.
2.Kekeringan Hidrologis (hydrological drought) mencangkup berkurangnya sumber-sumber air seperti sungai, air tanah, danau, dan tempat-tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestic, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem-sistem penyimpanan ait ini. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut: 
  • Kering : apabila debit sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode 5 tahunan. 
  • Sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di bawah periode 25 tahunan. 
  • Amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh di bawah periode 50 tahunan
3.Kekeringan Pertanian (agriculture drought) adalah dampak dari kekeringan meteorologis dan hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman atau dengan kata lain berhubungan dengan kekurangan lengastanah (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. 
PENYEBAB KEKERINGAN
Secara umum kekeringan disebabkan oleh adanya anomali iklim dan aktifitas manusia. Cuaca dan iklim Indonesia yang berada di wilayah tropis dan di antara dua samudra sangat dipengaruhi oleh sirkulasi laut dan atmosfer di wilayah itu. 
Salah satu fenomena yang terjadi secara musiman dan sangat mempengaruhi iklim di Indonesia adalah El Nino. Peristiwa El Nino ini sering dikaitkan dengan kondisi kekeringan mulai dari jangka waktu yang singkat sampai jangka waktu yang panjang. 
Musim kemarau yang panjang pada tahun-tahun terjadinya El Nino secara signifikan mempengaruhi tanaman baik yang bersifat musiman dan tahunan. Dari data curah hujan di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, kemarau panjang di Indonesia terjadi pada tahun-tahun 1903, 1914, 1925, 1929, 1935, 1948, 1961, 1963, 1965, 1967, 1972, 1977, 1982, 1987, 1991, 1994, dan 1997 dari 17 kali kejadian kemarau panjang di Indonesia, 11 kali diantaranya bersamaan dengan kejadian El Nino.
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kemarau panjang dapat diantipasi dengan memperkirakan kejadian El Nino dan IOD yang akan datang. Dampak anomali iklim khususnya kekeringan sangat beragam, tergantung kepada intensitas El Nino (kuat,sedang,lemah), serta wilayah yang dilandanya.

Bagikan:

Tags

Leave a Comment