Keutuhan Jasad Bukanlah Parameter Kewalian Seseorang

admin

Seandainya jasad Syaikhina Maimoen Zubair tinggal tulang belulangpun tidak merubah keyakinan saya sedikitpun bahwa beliau adalah waliyyun min auliyaillah.

Utuhnya jasad sebagai standar dan parameter utama kewalian seseorang. Jika ini dijadikan parameter utamanya, maka kurang tepat dan bisa jadi sangat berbahaya.

Betapa banyak jasad non muslim yang utuh. Mungkin anda dapat browsing di youtube vidio²nya. Belum lagi jika mendengarkan penjelasan para pakar kedokteran tentang beberapa tanah mempunyai unsur² yg dapat mengawetkan jasad, dll.

Mari kita angen-angen bersama dawuh pimpinan para sufi, Imam al-Junaid al-Baghdadi, terkait parameter kewalian seseorang.

“Seandainya kalian melihat ada seseorang yang dapat bersila di udara dan di atas air, janganlah kalian meyakini kewaliyannya sehingga kalian mengetahui apakah ia (istiqamah) menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah atau tidak. Jika dia (istiqamah) mengamalkan perintah dan menjauhi larangan Allah, silahkan yakini.”¹

Wali adalah seseorang yang istiqamah melakukan ketaatan dan istiqamah menjauhi larangan Allah. Andaikan ia terpleset dalam larangan Allah, ia cepat-cepat bertaubat meminta ampun kepada Allah.

Karomah bukanlah hal penentu kewalian. Karomah atau khoriqul adat (sesuatu yang nulayani adat) adalah

Tatkala kebiasaan kebanyakan manusia lupa Allah, wali sesalu mengingat Allah di setiap hembusan nafas-Nya

Tatkala kebanyakan orang tidak bisa istiqamah taat, wali dapat istiqamah dalam ketaatan.Tatkala banyak orang terbiasa tidur terlelap di malam hari, wali terbangun bermunajat pada Allah. Tatkala kebiasaan orang banyak lupa bersyukur kepada Allah Wali tersebut senantiasa bersyukur kepada-Nya.

Tatkala kebanyakan manusia kurang menjaga adab bersama Allah dan Rasulullah saw. wali senantiasa menjaga adab bersama-Nya dan bersama Rasul-Nya.

Khariqul ‘adah semacam ini hanya dimiliki oleh para wali. Adapun khariqul ‘adah hal-hal hissi/indrawi, seperti jasad utuh, bisa terbang, mengapung di atas air, dll. maka orang fasik, kafir, dan jin pun bisa mendapatkan hal serupa.

Dalam pengetahuan saya, Syaikhina Maimoen Zubair adalah sosok yang sangat istiqamah dalam ketaatan dan senantiasa menjauhi larangan Allah. Masyghul billah dzahiran wa batinan (tersibukkam mengingat Allah dzahir batin). Beliau habiskan hidupnya untuk berhidmah pada agama Allah dengan mengajar, berdakwah, membimbing manusia ke jalan Allah, dan kebaikan-kebaikan lainnua. Bagi saya, inilah parameter kewalian beliau.

Semoga Allah senantiasa menambah rahmat dan keridhoan-Nya kepada beliau. 🤲🤲🤲

____________________

[1] Zainuddīn Muhammad Abdurrauf al-Manāwī, al-Kawākib al-Durriyyah fī Tarājim al-Sūfiyyah, (Beirut: Dar Shadir, tth), 574-575

Tulisan: Ahmad Rizqi Azmi

Bagikan:

Tags

Leave a Comment