Konsep Dasar Fenomena Monsoon

admin

Kata Monsun (Monsoon) berasal dari bahasa Arab dari kata mausam yang berarti musim. Monsun didefinisikan sebagai angin yang berubah arah secara periodik selama setahun atau angin yang bertiup musiman dan merupakan sistem sirkulasi regional. Monsun berbalik arah secara musiman sebagai akibat dari perbedaan dinamika termal  antara benua dan lautan.
Sirkulasi monsun yang paling luas di dunia terjadi di wilayah tropis Asia. Khrisnamurti (1971) menyatakan bahwa monsun Asia membentuk sirkulasi subsistem yang besar pada sirkulasi umum di atmosfer global. Monsun ini mengatur iklim di bagian Benua India yang menghasilkan adanya musim hangat hujan dan musim dingin kering (Holton, 1993 dan Berliana, 1995).
Wilayah Indonesia dikaitkan dengan iklim Monsun karena terletak antara dua benua, Asia dan Australia, dan di antara dua samudra  Pasifik dan Hindia. Curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsun yang digerakkan oleh adanya sel tekanan tinggi dan sel tekanan rendah di Benua Asia dan Australia secara bergantian.
Pada bulan Desember, Januari, dan Februari (DJF), pergeseran semu matahari berada 23,5 derajat di BBS (Tropics of Capricorn) sehingga bertiup angin dari utara menuju selatan yang lebih dikenal dengan monsun barat. Enam bulan kemudian, tepatnya pada bulan-bulan Juni, Juli, dan Agustus (JJA) berlaku sebaliknya (Tropics of Cancer), yakni monsun timur. Sementara itu, bulan-bulan lainnya diistilahkan dengan musim peralihan. 
Menurut Chao dan Chen (2001), monsun merupakan rata-rata waktu (misalnya: bulanan) dari sistem konvektif daratan di daerah tropis. Secara umum, dapat digambarkan bahwa monsun berhubungan dengan fluktuasi Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) di sekitar sabuk ekuator sehingga keberadaan monsun tidak bergantung pada perbedaan antara daratan dan lautan yang kontras. 
Namun, secara keseluruhan monsun dapat didefinisikan sebagai pembalikan (reversal) angin permukaan tahunan, termasuk pembalikan perpindahan tahunan dan distribusi presipitasi tahunan yang kontras antara musim panas dan musim dingin. Pusat musim panas menyebabkan musim hujan dan relatif kering saat musim dingin (Wang and Ho, 2002; dan Wang and Ding, 2006).
Dengan demikian, dapat dikatakan pada dasarnya monsun sebagai fenomena global dinamika atmosfer disebabkan oleh dua faktor sebagaimana dijelaskan oleh Tjasyono (1996, 2004, dan 2008). 
  1. Peredaran semu matahari terhadap bumi yang bergerak antara 23,5°LU–23,5°LS mengakibatkan arah pergeseran angin mengikuti peredaran matahari tersebut dengan periode setengah tahunan atau sering disebut sebagai periode musiman. 
  2. Adanya perbedaan kapasitas panas yang diterima antara daratan dan lautan yang cukup besar. 
Pada saat musim panas, daratan memiliki suhu permukaan relatif lebih tinggi daripada lautan. Oleh karena itu, pada saat musim panas daratan berubah menjadi pusat tekanan rendah dan angin otomatis bergerak dari lautan menuju daratan. Sebaliknya, pada saat musim dingin suhu daratan relatif lebih kecil daripada suhu lautan sehingga pada saat musim dingin daratan berubah menjadi pusat tekanan tinggi sehingga sirkulasi udara permukaan bergerak dari daratan menuju lautan (Prawirowardoyo, 1996). Hal ini juga sesuai dengan Tjasyono (1996, 2004, dan 2008) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Perbedaan skala benua dan laut yang sangat kontras merupakan salah satu alasan utama terjadinya fenomena monsun (Wang & Fan, 1999; Wheeler & Mc. Bride, 2005; dan Wang & Ding, 2008). Beberapa ahli tersebut menjelaskan bahwa mekanisme utama terjadinya monsun dapat dijelaskan sebagai berikut.
  1. Pada saat musim panas, pemanasan daratan yang sangat intensif oleh matahari (contohnya di benua Asia) menyebabkan suhu udara permukaan yang ada di kawasan tersebut meningkat, yang dikenal dengan istilah skala termal tinggi daratan. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya pusat tekanan rendah (low pressure) yang dikenal dengan istilah konvergensi. Hal ini juga memicu bertiupnya angin permukaan dari arah barat daya ke kawasan tersebut. Angin ini diduga “kaya” dengan uap air yang berasal dari belahan bumi selatan (BBS) sehingga terbentuklah kumpulan udara lemab seperti kumpulan awan-awan kumulus.
  2. Sebaliknya, pada saat musim dingin, pendinginan daratan Asia yang berlangsung relatif lama menyebabkan suhu udara permukaan di kawasan tersebut menurun dan dikenal dengan istilah skala termal rendah daratan. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya pusat tekanan tinggi (high pressure) yang dikenal dengan istilah divergensi. Divergensi memicu angin permukaan bertiup ke arah barat daya. Angin ini diduga “miskin” uap air dari belahan bumi utara (BBU) sehingga yang terbentuk hanyalah kumpulan udara kering.
Penjelasan tentang mekanisme terjadinya Monsun dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Bagikan:

Tags

Leave a Comment