Radiosondes Skew-T Plots

admin

Saat balon radiosonde naik, ia mencatat suhu dan kelembaban relatif pada tingkat tekanan tertentu yang ditentukan (mandatory levels) dan setiap kali terjadi perubahan yang signifikan pada suhu, kelembapan, atau angin.
Biasanya, pengamatan radiosonde selesai ketika balon yang membawa radiosonde itu meledak dan mulai turun. Pada saat itu data dikompilasi menjadi rangkaian lima digit pengelompokan yang berisi temperatur, tekanan titik embun, arah dan kecepatan angin untuk mandatory levels dan lapisan signifikan. Kemudian data  diplot ke diagram skew-T.
Ada dua garis dasar yang diplot pada diagram Skew-T yang darinya kita dapat memperoleh banyak informasi. Ini mewakili titik embun yang dihitung dari kelembaban relatif (biru, garis kiri) dan suhu udara (merah, garis kanan).
Meskipun secara umum benar bahwa suhu udara menurun seiring dengan ketinggian, jelas terlihat bahwa penurunan ini tidak seragam dan juga tidak konsisten. Mungkin ada beberapa tempat di mana suhu udaranya tetap sama atau meningkat seiring dengan ketinggian. Tempat-tempat khusus ini disebut ‘lapisan inversi’ di mana penurunan suhu awalnya normal kemudian meningkat seiring dengan ketinggian.
Ciri umum lain dari  radiosonde adalah lokasi tropopause. Tropopause adalah batas antara troposfer dan stratosfer dan juga ditunjukkan oleh lapisan inversi yang cukup tebal.
Garis titik embun akan bergelombang saat radiosonde naik melalui parsel udara lembab dan kering. Pada setiap level di Skew-T, semakin dekat titik embun ke suhu, semakin tinggi kelembapan relatif pada level tersebut. Titik embun terkadang sama dengan suhu udara dan akan terlihat oleh perpotongan kedua garis tersebut.
Informasi lain yang diplot pada Skew-T adalah kecepatan dan arah angin. Info ini diperoleh saat radiosonde dilacak menggunakan GPS selama balon bergerak naik. Kecepatan dan arah angin dilaporkan untuk levelt tekanan mandatory pada ketinggian di atas permukaan laut dan untuk setiap perubahan kecepatan atau arah yang signifikan.
Operasional radiosondes dalam mengambil sampel atmosfer dilakukan dua kali sehari dan dianggap cukup untuk memberikan gambaran mengenai keadaan udara bagian atas.
Snow
Kondisi khas Atmosfer sangat lembab yang ditunjukkan dengan kecilnya jarak antara suhu udara (garis merah) dan titik embun (garis biru). Meskipun suhu udara meningkat beberapa ratus kaki di atas tanah (Inversi suhu) suhu udara, di seluruh atmosfer, tetap di bawah titik beku.
Jadi, saat curah hujan dimulai, akan berbentuk salju dan akan tetap membeku saat butiran salju mencapai tanah.

Image : NOAA, Snow
Ice Pellets (Sleet)
Sounding khas “Sleet”. Seperti sounding untuk Snow, suasananya sangat lembab. Suhu udara dan titik embunnya sama dari hampir 900 milibar (3.000 kaki / 1.000 m) hingga sedikit di atas 700 milibar (10.000 kaki / 3.000 m). Kondisi atmosfer dicirikan sebagai berikut :
  • Suhu udara mulai menurun dengan ketinggian (yang normal) turun dari 23 ° F menjadi 12 ° F (-5 ° C menjadi -11 ° C), 
  • Udara cukup padat pada lapisan  dekat dengan tanah dengan luas vertikal yang cukup kecil, dalam hal ini hanya sekitar 3.000 kaki (1.000 meter). 
  • Di atas 900 milibar (3.000 kaki / 1.000 m) udara menjadi jauh lebih hangat. Area ini disebut inversi, di mana perubahan suhu naik terhadap ketinggian
  • Akhirnya, suhu atmosfer akan kembali menurun terhadap ketinggian (mendekati 800 mb) dan akan terus mendingin hingga  di bawah titik beku (sekitar 720 mb).

Image : NOAA, Ice Pellets
Freezing Rain (Hujan Beku)
Sounding khas “Hujan Beku”. Pola dasar hujan beku mirip dengan butiran es. Perbedaan utamanya adalah udara sub-freezing di dekat permukaan dekat lapisan inversion dalam skala besar. Pada akhirnya, salju yang mencair tidak memiliki cukup waktu untuk membeku menjadi butiran es sebelum mencapai tanah.

Image : NOAA, frezzing Rain

Bagikan:

Tags

Leave a Comment